Impulsif adalah suatu bentuk perilaku ketika seseorang bertindak sesuai dengan instingnya tanpa memikirkan risiko yang mungkin terjadi terlebih dahulu. Perilaku ini kerap disamakan dengan kompulsif, padahal keduanya tentu saja tidak sama.
Sederhana, impulsif adalah bentuk perilaku yang dilakukan tanpa rencana. Contoh dari perilaku impulsif termasuk kleptomania, kesulitan melawan agresi, trikotilomania atau senang menarik rambut seseorang, dan pyromania.
Supaya lebih jelas, berikut perbedaan antara perilaku impulsif dan kompulsif dengan lebih mendetail:
Impulsif adalah bersifat cepat dan bertindak secara mendadak sesuai dengan gerakan hati. Jadi, apabila seseorang secara tiba-tiba mengalami perubahan perilaku tanpa adanya sebab yang kuat. Umumnya, seseorang yang memiliki sifat impulsif cenderung menunjukkan perilaku yang tidak masuk akal atau irasional.
Sementara itu, perilaku kompulsif adalah suatu masalah kecemasan ketika seseorang selalu memiliki pikiran yang tidak bisa dikendalikan dan melakukan tindakan tertentu secara terus-menerus dan berulang. Kondisi ini bisa membuat pengidapnya mengalami stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Contohnya adalah seseorang yang mengidap gangguan obsesif kompulsif atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Informasi lengkap seputar gangguan kesehatan ini bisa kamu dapat dengan membaca artikel OCD.
Tindakan impulsif baru dikatakan sebagai kelainan psikologis apabila perilaku yang ditunjukkan muncul dalam frekuensi yang lebih sering atau terasa sulit untuk dikontrol. Sampai sekarang, para ahli belum mengetahui dengan pasti akan yang menyebabkan seseorang mengalami perilaku ini.
Meski demikian, ada beberapa keadaan kejiwaan yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami tindakan impulsif, yaitu:
Seseorang yang memiliki sikap impulsif kerap kali melakukan berbagai hal sesuai dengan keinginan tanpa mempertimbangkan apa yang menjadi konsekuensinya. Saat muncul keinginan untuk melakukan suatu hal, contoh mudahnya seperti belanja, pelaku akan segera melakukan hal tersebut tanpa banyak pertimbangan. Adapun gejala seseorang yang memiliki perilaku impulsif adalah:
Sementara itu, pada anak dan usia remaja, tindakan impulsif juga dapat diamati pada beberapa hal. Misalnya, anak yang tidak bisa diam, cenderung mengganggu teman lain, hingga kesulitan berkonsentrasi saat belajar.
Jika perilaku impulsif sudah menimbulkan efek negatif dan merugikan orang lain, tentu perlu adanya bantuan ahli kejiwaan, dalam hal ini psikolog atau psikiater. Jadi, ahli dapat menentukan apakah tindakan ini terjadi karena masalah kejiwaan tertentu.
Apabila hasil pemeriksaan menandakan seseorang telah berperilaku impulsif dan mengarah pada masalah kejiwaan, ahli akan memberikan beberapa opsi penanganan. Beberapa pilihan pengobatan untuk perilaku impulsif adalah:
Perilaku impulsif dapat menunjukkan tanda masalah kejiwaan, termasuk ADHD. Kamu bisa membaca artikel Impulsif, Gejala Umum dari ADHD yang Perlu Diwaspadai untuk mengetahui apa kaitan antara perilaku impulsif dan kondisi kejiwaan tersebut.
Selain ADHD, kondisi medis lain yang memiliki gejala perilaku impulsif adalah gangguan bipolar. Jika perilaku impulsif terjadi karena kondisi ADHD, dokter bisa memberikan resep berupa beberapa jenis obat, misalnya methylphenidate, amphetamine, atau dextroamphetamine.
Sementara itu, tindakan impulsif yang muncul karena gangguan bipolar dapat ditangani dengan memberikan obat antimania. Obat ini memiliki fungsi untuk meningkatkan konsentrasi atau fokus dan membantu mengatasi masalah kesehatan mental yang menyebabkan seseorang berperilaku impulsif.
Selain pemberian obat, penanganan lain untuk perilaku impulsif adalah melalui psikoterapi, misalnya terapi perilaku kognitif dan Dialectical Behavior Therapy (DBT). Metode ini bertujuan untuk melatih dan membimbing pengidap untuk mengurangi gangguan perilaku impulsif.
Jangan ragu untuk hubungi psikolog di Halodoc✔️ atau dokter ahli terlebih dahulu untuk mendapatkan penanganan lanjutan yang tepat.
Selain itu, cara ini juga diharapkan bisa meningkatkan kemampuan pengidap dalam berpikir sebelum melakukan tindakan. Dengan begitu, pengidap bisa berpikir lebih jauh akan dampak dari setiap perbuatannya.
Sebenarnya, seseorang bisa menunjukkan perilaku impulsif, meski hanya satu kali selama hidupnya. Namun, apabila perilaku ini kerap terjadi dan berdampak negatif untuk orang lain, tentu pasien perlu mendapatkan penanganan.
Posted in Blog